Skala Pengukuran Data

Hilwin Nisa', 21 Jun 2021

Share

Saat kita melakukan penelitian, data memegang peran yang cukup penting. Tanpa data, penelitian kita tidak akan berlanjut. Jalan di tempat. Ibaratnya, data seperti pasokan bahan makanan yang membuat dapur penelitian kita tetap mengepul. Yang kemudian, dari data tersebut, dapat diolah menjadi hidangan yang siap disajikan.

Nah, secara garis besar, data sendiri dibagi menjadi dua jenis. Ada data kategorik dan data numerik. Data kategorik ini data yang kita dapatkan dari pengkategorian, bukan dari pengukuran. Biasanya, data kategorik juga bisa disebut dengan data kualitatif. Misal, teman-teman mengambil data tentang tingkat kesetresan seseorang. Nah, output yang didapatkan ini ada stres rendah, sedang, dan tinggi, misalnya. Kan kalau datanya masih dalam bentuk wording seperti itu tidak bisa diolah menggunakan metode statistika. Nha, solusinya bisa dikategorikan biar nantinya bisa tetap diolah menggunakan metode statistika.

Bagaimana sih maksudnya mengkategorikan data? Misal nih, dari tingkat kesetresan seseorang tadi kan ada tiga kategori, nih. Kita bisa kasih simbol, untuk masing-masing kategori. Kita bisa kasih simbol angka 1 untuk tingkat kesetresan rendah, 2 untuk tingkat kesetresan sedang, dan 3 untuk tingkat kesetresan tinggi. Nah, dari sini kita jadi punya data berupa angka, kan? Tapi, angka-angka di sini tidak berarti hasil pengukuran, melainkan hanya pengkategorian saja. Inilah yang dimaksud dengan data kategorik.

Berbeda dengan data numerik atau data kuantitatif yang memang didapatkan dari hasil pengukuran. Jadi, bilangan di data kuantitatif atau data numerik ini memang benar-benar memiliki arti sebagai bilangan itu sendiri.

Dari sini, apakah sudah lumayan tergambarkan? Hehe

Selanjutnya, data kategorik sendiri dibagi menjadi dua jenis, ada data nominal dan data ordinal. Keduanya, sama-sama berfungsi untuk mengkategorikan. Bedanya, kalau data nominal hanya untuk kategori saja, sedangkan untuk data ordinal, selain untuk mengkategorikan, masing-masing angka untuk kategori juga memiliki tingkatan atau urutan.

Untuk contoh tingkat kesetresan tadi, itu bisa masuk di data ordinal. Karena, dari tingkat kesetresan tadi ada urutannya, atau dari ketiga kategori tadi tingkatannya berbeda, alias tidak setara,hehe

Kalau untuk data nominal, misalnya data jenis kelamin. Laki-laki dan perempuan. Di sini, kedudukan jenis kelamin laki-laki dan perempuan setara, tidak ada makna urutannya. Misal kita kasih simbol angka 1 untuk jenis kelamin laki-laki, dan angka 2 untuk jenis kelamin perempuan, di data nominal, tidak berlaku 1 lebih dari 2 ataupun 2 lebih dari 1. Baik 1 (jenis kelamin laki-laki) maupun 2 (jenis kelamin perempuan), kedudukannya setara.

Nha, selanjutnya untuk data numerik atau data kuantitatif, ada data interval dan rasio. Di sini, datanya sudah didapatkan dari hasil pengukuran, bukan pengkategorian. Artinya, data yang didapatkan berupa suatu bilangan memang benar-benar berarti bilangan tersebut.

Lantas, apa yang membedakan antara data interval dan rasio?

Yang membedakan, kalau data interval ini tidak memiliki nol mutlak. Sedangkan data rasio ini memiliki nilai nol mutlak.

Nilai nol mutlak? Apa lagi, tuh? Hehe Sederhananya, nilai nol mutlak ini ketika kita mengukur suatu variabel dan mendapatkan nilai nol, nilainya akan tetap nol meskipun kita mengukurnya menggunakan alat ukur lain maupun ketika dikonversikan ke satuan lainnya.

Misal, berat badan. Ketika kita mendapatkan data berat suatu benda adalah 0 kg. Ini akan tetap 0 (nol) ketika kita mengubahnya ke satuan gram, atau kita menimbangnya menggunakan satuan gram. Ini adalah contoh yang mengandung nilai nol mutlak. Dengan kata lain, berat badan merupakan salah satu contoh dari data rasio.

Berbeda dengan data interval yang tidak memiliki nilai nol mutlak. Ketika kita mengukur suatu variabel dan mendapatkan nilainya 0 (nol), ini akan berubah nilainya ketika kita mengukurnya menggunakan alat ukur lain. Katakanlah suhu. Misal, kita mengukur suhu suatu benda, ketemu hasilnya 0 (nol) derajat Celcius. Nha, ketika kita mengukurnya menggunakan satuan Kelvin, hasilnya bukan 0 (nol) lagi, tapi 273 derajat Kelvin.

Nha, demikianlah kurang lebih sedikit uraian mengenai jenis data dan skala pengukurannya. Semoga sedikit membantu..:)

 

 

Tags :
Statistika
Data
Skala Pengukuran
Penelitian
Riset